Homebisnis jamu gendong
bisnis jamu gendong
Selasa, 14 Desember 2010 | komentar
Bisnis Jamu Menjadi Penyangga Ekonomi Keluarga
Bisnis Jamu ternyata tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi pembelinya, tetapi juga mampu menjadi penyangga ekonomi Keluarga. Hal inilah yang dialami Hajjah Sulati (73), yang menjadikan Bisnis Jamu sebagai sumber pendapatan keluarga sekaligus inspirasi untuk hidup produktif dan bergairah dalam usia tua. Nenek 16 cucu itu tampil sederhana dengan , di ruang tamu rumahnya yang berukuran kurang lebih 3 meter x 4 meter persegi itu, tampak sebuah lemari kaca yang memajang aneka produk herbal, mulai dari jahe merah, jahe pletok, temu putih, temu lawak, kunyit asam, hingga minuman sari daun pegagan, mahkota dewa dan minuman sehat lainnya. Semua minuman instan itu dikemas dalam bentuk sachet dan botol.
Di luar produk instan itu, Sulati juga memproduksi aneka produk herbal lainnya dalam bentuk kapsul, seperti, jinten item, garlic, bima perkasa, temu putih plus, brotowali kapsul, rematik, osteoporosis hingga infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Sulati mengatakan, untuk semua produk herbal yang instan dia telah mengantongi izin produksinya. Izin untuk kategori industri rumah tangga (IRT) itu dikeluarkan Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Semua biaya pengurusan izinnya gratis. Hanya, diakui, dia belum memiliki izin produksi untuk produk kapsulnya.
“Biaya pengurusan mahal, hingga puluhan juta rupiah, jadi belum mampu. Semoga nanti pemerintah dapat memberi keringanan dan kemudahan untuk pengurusan izinnya,” kata Sulati.
Perempuan kelahiran Solo yang mulai bisnis herbal tahun 2000 lalu itu, kini betul-betul mengandalkan bisnisnya dari rumah, mulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran. Maklum, dia sudah memiliki pelanggan setia, mulai dari masyarakat awam hingga beberapa dokter di RSPAD Gatot Subroto dan RSCM. Dia pernah memasarkan produk herbalnya di UKM Center milik Pemprov DKI Jakarta di Jalan Mas Mansyur, Jakarta Pusat.
Bisnis sambil membantu
Niat Sulati membangun usaha rumahan ini sungguh mulia. Disamping untuk mencari nafkah untuk keluarga, lewat bisnis herbal itu, janda tujuh anak itu (tiga di antaranya meninggal dunia) juga ingin membantu penderita kanker sembuh dengan memanfaatkan obat tradisional dengan harga yang relatif terjangkau.
Kenapa kanker? Sebab, anaknya, Diah Maryana meninggal dunia karena mengindap penyakit kanker getah bening pada tahun 1995. Saat itu, anaknya sudah kelas tiga SMA. Sulati sudah berikhtiar dengan mengobati anaknya ke dokter, bahkan sempat dioperasi selama enam jam. Tapi, beberapa tahun kemudian, kondisi anaknya makin memburuk dan meninggal dunia. Kondisi tersebut sempat membuat Sulati schok.
Hingga suatu ketika Sulati menghadiri sebuah seminar di Jakarta. Di situ dia “berkenalan” dengan temu putih. Seorang mahasiswa memperkenalkan khasiat temu putih. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), temu putih berkhasiat bisa menyembuhkan penyakit kanker.
“Saya langsung kesetrum untuk belajar lebih jauh tentang temu putih dan memutuskan untuk membuat herbal temu putih di rumah,” kata Sulati.
Sulati mengatakan, dengan modal seadanya dia mulai usaha herbalnya itu. “Produk pertama yang diproduksi temu putih. Bukan jahe merah. Tapi dalam perkembangan selanjutnya, justru yang banyak laku adalah jahe merah instan dan kapsul-kapsul herbal,” katanya.
Temu putih (curcuma zedoaria) memiliki banyak khasiatnya, di antaranya, dapat mengobati kanker mulut rahim, tumor rahim, kista, nyeri haid hingga mengobati keputihan dan melancarkan haid.
Meskipun dikembangkan secara sederhana, Sulati bersyukur dengan semangat berbagi kepada sesama dan kecintaan terhadap dunia herbal, usaha itu dapat bertahan hingga kini.
“Saya bersyukur banyak orang sudah memanfaatkan herbal untuk penyembuhan berbagai penyakit. Itu artinya, masyarakat sudah menerima herbal sama dengan obat medis,” kata Sulati.
Saat ini, kata Sulati, persaingan usaha di bidang herbal juga makin ketat. Tapi, hal itu tidak membuat Sulati ciut. “Saya bisa survive saja sudah senang. Sebab, usaha ini bukan saja untuk mencari nafkah tapi juga untuk membantu masyarakat mengobati penyakit,” kata Sulati dengan semangat.
Posting Komentar