Homebisnis es krim
bisnis es krim
Selasa, 14 Desember 2010 | komentar
Kisah Sukses Bisnis Es Krim Hingga Mampu Membiayai Kuliah
Es Krim merupakan minuman yang banyak digemari mulai dari anak-anak hingga ke orang dewasa. Tak Heran jika peluang bisnis es krim menjadi incaran banyak orang. Salah satunya adalah Mirza Akbar, dengan label Yogya Ice Cream mengantarkannya menjadi salah satu pemenang Shell Livewire Business Start-up Awards (BSA) 2010 . Meski bukan karena cerahnya peluang usaha es krim ini yang melandasi ia terjun dalam bisnis ini. Ide berbisnis es krim muncul di benak Mirza setelah mengikuti praktikum pengelolaan susu di kampusnya Jurusan Ilmu dan Industri Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Keingingan dan minat berbisnis teknologi hasil peternakan sebenarnya sudah ia miliki semenjak SMA. Keingingan tersebut makin kuat karena kondisi terdesak sebagai anak kost. Uang saku dari orang tuanya dirasa kurang, sehingga terpikir untuk merintis bisnis sendiri.
Meski tidak memiliki modal usaha, ia nekad memberanikan diri untuk meminjam modal usaha pada ayahnya. Setelah itu ia melobi pengurus Fakultas untuk memberikan pinjaman tempat di kampus untuk memulai usahanya berjualan es krim dari olahan susu.
Es krim racikannya terdiri atas 90 persen susu, sisanya formula pelembut dan beragam perasa. Kala itu ia hanya mampu mengolah 2 liter susu sapi asli. Mirza mulai berjualan sejak April dua tahun lalu.
Selama dua pekan, dagangannya ludes. “Rasanya enak,” begitu kata teman-temannya. Selain rasa, menurut Mirza, harga es krim dibanderol Rp 1.500 per cup itu dianggap murah.
Memasuki bulan kedua, kampus mulai sepi karena ujian dan libur. Kondisi ini membuat es krim Mirza sepi pelanggan. Tapi ia tetap bertahan. “Yang penting tidak merugi,” katanya. Mirza memprediksi omzetnya bakal terkerek kembali setelah masa libur berakhir.
Prediksi itu meleset. Omzetnya tetap saja seret, meski tak rugi. Mirza mengaku omzetnya Rp 400 ribu per bulan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Keadaan ini berlangsung selama enam bulan. “Saya harus mengirit makan,” katanya.
Kesulitan ini membuatnya berencana menjual mesin pembuat es krim. Ibunya, Sri Rahayu Ningsih, mendengar kepedihannya. Sempat terlontar belas kasih ibunya, namun Mirza selalu ingat janji bahwa dia akan hidup mandiri. Janjinya itu mampu mengalahkan rasa galaunya. “Kalau saya menjual mesin, maka saya kalah,” katanya.
Ia putar otak bagaimana usahanya tak didikte waktu. Dia memberanikan diri menghubungi pemilik resto yang tersohor, Yogya Chicken. Pilihan kepada resto itu karena ramai sepanjang waktu. “Tak dipengaruhi liburan atau cuaca,” ujarnya.
Tak butuh waktu lama bagi Mirza melobi si pemilik resto. Dia diizinkan berjualan di gerai-gerai resto itu. Mulai saat itu, Mirza menjual es krimnya dengan label Yogya Es Krim.
Keuangan Mirza membaik. Dia mulai merekrut Arum Dewi Suci, rekan kuliahnya, dalam bisnis es krim. “Sebagai pengatur keuangan,” ujar Arum. Tak puas atas satu resto, Mirza merambah ke resto Waroeng Steak & Shake. Lagi-lagi Mirza beruntung, pemilik resto tak keberatan dengan penawarannya.
Usaha Mirza terus berkembang. Selain di resto, Mirza memiliki gerai di 10 kantin sekolah. “Cukup dengan menempatkan lemari pembeku,” katanya. Sekolah-sekolah itu di antaranya SMA 1, SMA 3, dan SMA Muhammadiyah 2, Yogyakarta.
Selain itu, Mirza menerima pesanan, tidak hanya konsumen, tapi juga produsen katering. Ia memberi kemudahan dengan pola kemitraan, yakni bisa memenuhi permintaan melabeli es krimnya sesuai dengan label si pemesan. “Mereknya fleksibel,” katanya.
Kini 240 liter susu diolahnya saban hari. Es krim olahannya tersebar di 15 cabang resto Yogya Chicken dan 5 cabang Waroeng Steak & Shake. Ia luwes membagi keuntungan. Setiap es krim yang laku dipotong Rp 100 untuk karyawan di resto-resto itu.
Ia pun tak kerja sendirian lagi. Ada tiga karyawan yang dipekerjakannya untuk memproduksi dan mendistribusikan. Omzetnya mencapai Rp 80 juta per bulan. Dari jumlah itu, Rp 15 juta adalah keuntungan bersih. “Saya bisa membantu biaya kuliah adik,” ujarnya.
Meski berlimpah penghasilan, Mirza tak bermewah-mewah. Dia memilih mengembangkan usahanya. Karena hanya tersebar di Yogyakarta, Mirza berusaha es krimnya bisa dinikmati di kota lain. “Sedang dikembangkan,” ujarnya.
Begitu cintanya pada bidang peternakan, Mirza bercita-cita membuat produk dari hasil peternakan yang diminati semua masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, Mirza berprinsip, “Jika ingin alasan, lupakan sukses. Jika ingin sukses, lupakan alasan.” (Galeriukm).
Posting Komentar