nasib baik

Minggu, 16 Januari 2011 | komentar

Satu lagi pengalaman marketing yang saya pelajari hari ini, yaitu KEGIGIHAN DAN PANTANG MENYERAH dalam setiap aktifitas kita dalam memperoleh earning yang lebih. Banyak pekerjaan disekitar kita, beragam pula nilau gajinya, umumnya pekerjaan yang lebih mudah bayarannya lebih GEDE, dan berlaku sebaliknya, mungkin inilah hukum alam. Entah trend itu akan terus berlanjut atau akan berhenti disuatu titik nantinya.
Terinspirasi tentang kegiatan saya dipagi ini, sebelum datang kehajatan rekan, saya sempatkan untuk menunggu teman yang lain tepatnya di depan Pegadaian Karanganyar, saya menunggu disitu karena tempatnya yang sejuk dan banyak orang lain yang menunggu karena tempat tersebut adalah semisal mini halte ( tempat bis berhenti sejenak ) . Tampak dari kejauhan seorang Bapak yang menurut saya sudah tua, lebih tua daripada usia Bapak saya tentunya dengan susah payah mendorong gerobak baksonya, ya dia seorang penjual bakso keliling didaerah itu. Bak gayung bersambut, ketika dia istirahat dan “mangkal” meski banyak orang tapi tidak satupun orang yang membeli baksonya ( sebenarnya saya kepengen, tapi saya coba amati dulu ) ya maklum karena disana banyak orang yaitu tukang becak, hmmm mungkin makan bakso meski hanya Rp. 5.000 adalah kegiatan yang tidak lazim bagi kebanyakan tukang becak. Membeli makanan dalam bentuk jadi ( Bakso dll) menurut sebagian orang adalah memberikan kesan “Duitnya berlebih ” bukan karena dia lapar. Jadi saya tunggu hampir setengah jam belum ada juga yang membeli bakso tersebut :D , Alhamdulillah seorang pembeli datang, “waduh” yang beli seorang preman (maaf) yang biasanya melakukan pungutan liar pada sopir-sopir disekitar situ ( bukan ding, mungkin bukan preman mungkin petugas khusus ) soalnya serem banyak tatonya jadi saya takut :( .

Setelah selesai makan si pembeli pun bertanya pada si Bapak Penjual Bakso,

“Berapa pak ? “

” mpun njenengi paringi gangsal ewu mawon” ( sudah anda beri 5.000 saja ) dan akhirnya dia membayar. Huh…. lega hati saya melihat uang itu diberikan, bukan karena nilainya tetapi karena pembeli tadi meski tampangnya Preman tetapi mau bayar juga. Ya, penghasilan penjual kecil seperti Bapak ini tidak menentu kadang harus jalan sejauh 2 KM baru ada satu pembeli, itupun hanya Rp. 5.000 ( bukan keuntungan tentunya ) tapi harus dikurangi biaya ini itu. Dengan fisik yang sudah renta Bapak ini tidak menyerah. inilah yang membuat saya menjadi malu, kenapa kadang saya yang masih muda dan katanya orang pendidikan masih memiliki rasa malas dalam belajar dan bekerja.

Ya, banyak belajar dari Tukang Becak dan penjual bakso yang tetap bersahaja dan tidak mengeluh, teringat konsep marketing yang selalu tertanan di benak saya yaitu KEGIGIHAN.

Sedikit tambahan tentang cerita saya tadi, kadang kita berfikir PENDAPATAN ANDA, DARI MANA DATANGNYA ?

Sekilas pertanyaan tersebut terkesan sederhana namun sebenarnya inilah sandungan terbesar bagi banyak bisnis. Milyaran Dollar terbuang sia-sia setiap tahunnya untuk iklan maupun strategi pemasaran yang kurang tepat. Perusahaan dan badan hukum menghabiskan energy serta uang dalam jumlah besar untuk mencari klien-klien baru sementara mereka membiarkan klien-klien merasa tidak puas dan tidak dilayani dengan baik.

Masih ingat saya akan konsep marketing ” Semanggi Berdaun Empat tentang Uang”

yaitu :

Leads : Klien Produktif

Conversion of client : konversi klien

Number of transaction : Jumlah Transaksi

Dollar value per sale : Nilai dollar per penjualan

Ternyata dengan contoh sederhana yang divisualisasikan oleh Bapak penjual bakso tadi fikiran saya langsung menerawang kemana-mana, mulai belajar tentang marketing lagi, mulai bersyukur yang lebih maklum karena saya seorang internet marketer yang memasarkan produk digital
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PETANI INDONESIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger