Punahnya Ikan-ikan dan Tinggal Nama
Banyaknya zat pencemar yang masuk ke sungai dan danau mengakibatkan rusaknya ekosistem air. Banyak ikan mati, dan keberadaannya terancam musnah karena habitatnya sudah tidak mendukung.
Berdasarkan beberapa kajian, terancamnya habitat ikan disebabkan oleh pendangkalan dan penyusutan luas perairan, penurunan kualitas air danau, perkembangan eceng gondok, penurunan volume air, penurunan produktivitas perikanan, banjir, serta perusakan hutan dan lahan.
Semakin menurunnya jumlah ikan bisa dilihat di perairan sekitar wilayah Jabodetabek. Beberapa ikan yang pada mulanya endemik di kawasan itu kini sudah sulit didapatkan, bahkan ada yang punah.
Ikan tawes (Barbonymous gonionotus), misalnya, kini hampir tidak dijumpai lagi, terutama di bagian hilir sungai. Kondisi itu tentu saja patut disayangkan.
Pasalnya, ikan tawes tergolong ikan yang digemari oleh masyarakat Indonesia karena cita rasanya yang enak. Seiring hilangnya ikan tersebut, hilang pula salah satu sumber makanan yang bergizi.
Hal itu juga berdampak pada keseimbangan lingkungan karena hilangnya salah satu mata rantai makanan. Gadis Sri Haryani, Kepala Pusat Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan sekarang ini jarang ditemui ikan-ikan endemik di perairan Jabodetabek.
Pencemaran yang tinggi menjadi penyebab musnahnya ikan-ikan kecil dan ikan-ikan yang tidak tahan terhadap kondisi air yang tercemar. “Kalau terus begini kondisinya, nanti yang ada hanya ikan lele dan ikan sapusapu,” ujar dia.
Ikan lele dan ikan sapu-sapu, tambah Gadis, merupakan ikan yanag tahan terhadap lingkungan meski sudah sangat tercemar. Pasalnya, kedua jenis ikan itu tahan terhadap kondisi perairan dengan kadar oksigen rendah, misalnya ketika terjadi eurotrofikasi.
Selain di Jabodetabek, berkurangnya populasi ikan terjadi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Di sana, khususnya di sepanjang Sungai Citarum dan Cikao, dulu banyak terdapat ikan balidra (Puntius javanicus).
Ikan mirip tawes itu dikabarkan terancam habitatnya akibat pencemaran dan penangkapan oleh penduduk yang tidak terkendali. Tidak berbeda jauh dengan di Jawa Barat, sekarang ini semakin sulit dijumpai ikan yang endemik di perairan Jawa Tengah.
Ikan sili (Mastacembelidae eel) yang tadinya banyak terdapat di sungai-sungai Jawa Tengah kini nyaris menghilang. Penyebabnya, ikan mirip ular dengan kulitnya yang bermotif seperti batik sehingga kerap dijadikan ikan hias itu tidak tahan terhadap perubahan lingkungan.
Jenis ikan hias lainnya yang juga semakin langka ialah Botia macracanthus. Kelangkaan ikan itu sungguh disayangkan mengingat botia merupakan maskot bagi dunia ekspor ikan hias.
Selain di Pulau Jawa, terancamnya habitat ikan-ikan endemik terjadi di Danau Toba, Sumatra Utara. Dua spesies ikan, yakni Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro, yang pada mulanya banyak terdapat di Danau Toba kini mulai menghilang akibat rusaknya lingkungan perairan.
Lantaran kelangkaan ikan-ikan endemik tersebut itu, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Bogor, Jawa Barat, mengambangkan 10 jenis ikan, di antaranya ikan ragawaca, tarutung, asahan, bahorok, sumedang, dan cisadane.
Posting Komentar