Produksi Terancam Merosot, Bahkan Bisa Puso
Indramayu, (PR).-
Serangan hama penggerek batang melanda areal tanaman padi di berbagai wilayah di Kab. Indramayu. Meski belum diketahui secara persis luas areal tanam akibat hama tersebut, serangan penggerek batang itu diperkirkan akan terus berlangsung, terutama akibat masih sering turunnya hujan. Padahal sudah memasuki musim kemarau, yang bisa menyebabkan tingginya kelembapan udara.
Indramayu, (PR).-
Serangan hama penggerek batang melanda areal tanaman padi di berbagai wilayah di Kab. Indramayu. Meski belum diketahui secara persis luas areal tanam akibat hama tersebut, serangan penggerek batang itu diperkirkan akan terus berlangsung, terutama akibat masih sering turunnya hujan. Padahal sudah memasuki musim kemarau, yang bisa menyebabkan tingginya kelembapan udara.
Menurut keterangan yang dihimpun "PR", Senin (6/7) menyebutkan, hama penggerek batang itu menyebar di sejumlah desa di Kec. Bangodua dan Losarang, sejak tiga minggu yang lalu. Jika dibiarkan berkembang, hama tersebut akan menyebabkan tanaman padi mengalami puso.
Wasnadi, petani di Desa Ujung Pendok, Kec. Bangodua, mengatakan, adanya serangan hama tersebut dirinya sudah melakukan berbagai upaya termasuk penyemprotan dengan berbagai pembasmi hama. "Meskipun sudah disemprot, tetap tidak mau hilang," kata Wasnadi.
Biaya yang telah dikeluarkannya untuk pemberantasan hama pun tergolong besar mencapai Rp 1.000.000,00. Adanya tambahan biaya penyemprotan menjadikan modal usaha tanam padi di musim gadu kali ini menjadi lebih besar dari biasanya. Akibat serangan hama tersebut, ia mengau khawatir tanaman padinya mengalami puso.
Hal serupa disampaikan Rasta. Namun, menurut dia, tidak semua tanaman padi terserang hama penggerek batang. Rasta menyebutkan, dari luas areal tanaman padi miliknya yang mencapai satu bau, yang terserang hama tersebut hanya sekitar 25 persennya.
"Tapi tetap saja adanya serangan hama dikhawatirkan membuat hasil panen jadi berkurang," kata Rasta.
Disebutkan, dalam kondisi normal, hasil panen padi mencapai sekitar 4,5 ton per bau. (Satu bau sekitar 0,70 hektare). Namun panen kali ini, hasil padi yang diperolehnya diprediksi hanya sebanyak 2,5 ton – 3 ton per bau. Saat ini, umur tanaman padi di wilayah Kec. Bangodua rata-rata telah mencapai 75 hari.
Diperoleh keterangan, serangan hama penggerek batang juga dialami para petani di Desa Muntur dan Desa Ranjeng, Kec. Losarang. Hama tersebut sangat meresahkan petani karena menyebabkan gabah menjadi kosong.
"Kami berusaha mengatasi hama itu dengan cara menyemprot," kata Warya, seorang petani di Desa Ranjeng.
Himpun data
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu, H. Takmid, membenarkan adanya serangan hama penggerek batang yang melanda sejumlah daerah. Namun, dia mengaku masih menghimpun data mengenai luas areal yang terserang.
"Namun yang pasti, serangan hama itu belum sampai menimbulkan puso," kata Takmid.
Takmid mengakui munculnya serangan hama penggerek batang itu disebabkan faktor cuaca yang terjadi saat ini. Selain cuaca yang tidak menentu, tingkat kelembapan udara juga sangat tinggi.
"Kondisi itulah yang menyebabkan hama penggerek batang mudah berkembang biak," tuturnya.
Untuk mengatasi hal itu, Dinas Pertanian dan Peternakan telah mengirimkan surat kepada seluruh camat maupun Kantor Cabang Dinas (KCD) Pertanian untuk melaporkan adanya serangan hama.
Sementara itu di Kab. Majalengka, Dinas Pertanian setempat mengakui sekitar 20 hektare lahan sawah pada dua kecamatan di Jatitujuh dan Kertajati mengalami gagal panen akibat serangan hama beluk dan tikus ketika padi sedang tumbuh.
Menurut keterangan Kepala Dinas Pertanian Kab. Majalengka H. Juhana, akhir pekan lalu, serangan tikus dan beluk tersebut terjadi di dua kecamatan, kondisi terparah terjadi di Kec. Jatitujuh. Akibatnya, panen yang seharusnya bisa maksimal mencapai lebih dari 6 ton/hektare kini hanya sekitar 3 ton/hektare.
Meski demikian, ia mengakui serangan hama beluk dan tikus yang merusak sekitar 20 hektare sawah tersebut tidak memengaruhi penurunan produksi pangan di Kab. Majalengka, karena stok gabah hingga kini masih cukup banyak bahkan hingga musim hujan mendatang.
"Berdasarkan hasil pengecekan, memang benar ada sekitar 20 hektare lahan pertanian padi di Kec. Jatitujuh dan Kertajati kondisinya tergolong buruk. Akibatnya, produksi padi tidak maksimal," ungkapnya. (A-96/C-31)***
Wasnadi, petani di Desa Ujung Pendok, Kec. Bangodua, mengatakan, adanya serangan hama tersebut dirinya sudah melakukan berbagai upaya termasuk penyemprotan dengan berbagai pembasmi hama. "Meskipun sudah disemprot, tetap tidak mau hilang," kata Wasnadi.
Biaya yang telah dikeluarkannya untuk pemberantasan hama pun tergolong besar mencapai Rp 1.000.000,00. Adanya tambahan biaya penyemprotan menjadikan modal usaha tanam padi di musim gadu kali ini menjadi lebih besar dari biasanya. Akibat serangan hama tersebut, ia mengau khawatir tanaman padinya mengalami puso.
Hal serupa disampaikan Rasta. Namun, menurut dia, tidak semua tanaman padi terserang hama penggerek batang. Rasta menyebutkan, dari luas areal tanaman padi miliknya yang mencapai satu bau, yang terserang hama tersebut hanya sekitar 25 persennya.
"Tapi tetap saja adanya serangan hama dikhawatirkan membuat hasil panen jadi berkurang," kata Rasta.
Disebutkan, dalam kondisi normal, hasil panen padi mencapai sekitar 4,5 ton per bau. (Satu bau sekitar 0,70 hektare). Namun panen kali ini, hasil padi yang diperolehnya diprediksi hanya sebanyak 2,5 ton – 3 ton per bau. Saat ini, umur tanaman padi di wilayah Kec. Bangodua rata-rata telah mencapai 75 hari.
Diperoleh keterangan, serangan hama penggerek batang juga dialami para petani di Desa Muntur dan Desa Ranjeng, Kec. Losarang. Hama tersebut sangat meresahkan petani karena menyebabkan gabah menjadi kosong.
"Kami berusaha mengatasi hama itu dengan cara menyemprot," kata Warya, seorang petani di Desa Ranjeng.
Himpun data
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu, H. Takmid, membenarkan adanya serangan hama penggerek batang yang melanda sejumlah daerah. Namun, dia mengaku masih menghimpun data mengenai luas areal yang terserang.
"Namun yang pasti, serangan hama itu belum sampai menimbulkan puso," kata Takmid.
Takmid mengakui munculnya serangan hama penggerek batang itu disebabkan faktor cuaca yang terjadi saat ini. Selain cuaca yang tidak menentu, tingkat kelembapan udara juga sangat tinggi.
"Kondisi itulah yang menyebabkan hama penggerek batang mudah berkembang biak," tuturnya.
Untuk mengatasi hal itu, Dinas Pertanian dan Peternakan telah mengirimkan surat kepada seluruh camat maupun Kantor Cabang Dinas (KCD) Pertanian untuk melaporkan adanya serangan hama.
Sementara itu di Kab. Majalengka, Dinas Pertanian setempat mengakui sekitar 20 hektare lahan sawah pada dua kecamatan di Jatitujuh dan Kertajati mengalami gagal panen akibat serangan hama beluk dan tikus ketika padi sedang tumbuh.
Menurut keterangan Kepala Dinas Pertanian Kab. Majalengka H. Juhana, akhir pekan lalu, serangan tikus dan beluk tersebut terjadi di dua kecamatan, kondisi terparah terjadi di Kec. Jatitujuh. Akibatnya, panen yang seharusnya bisa maksimal mencapai lebih dari 6 ton/hektare kini hanya sekitar 3 ton/hektare.
Meski demikian, ia mengakui serangan hama beluk dan tikus yang merusak sekitar 20 hektare sawah tersebut tidak memengaruhi penurunan produksi pangan di Kab. Majalengka, karena stok gabah hingga kini masih cukup banyak bahkan hingga musim hujan mendatang.
"Berdasarkan hasil pengecekan, memang benar ada sekitar 20 hektare lahan pertanian padi di Kec. Jatitujuh dan Kertajati kondisinya tergolong buruk. Akibatnya, produksi padi tidak maksimal," ungkapnya. (A-96/C-31)***
Posting Komentar